Tuesday, October 29, 2013

ISOLASI SENYAWA FLAVONOID dari Bunga Rossela


Flavonoid
Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok fenol yang terbesar yang ditemukan di alam. Pengambilan flavonoid secara umum dari bahan alam menggunakan prinsip dasar ekstraksi, ada dua macam metode ekstraksi yang digunakan yaitu ekstraksi dengan pelarut menggunakan cara dingin  dan ekstraksi menggunakan pelarut dengan cara panas. Akan tetapi untuk mengisolasi flavonoid digunakan metode ekstraksi dengan cara dingin karena flavonoid tidak tahan panas dan rusak pada suhu tinggi.
Dalam mengisolasi bunga rosella dapat mengetahui bagaimana cara mengisolasi dan mengetahui kandungan flavonoid bunga rosella. Adapun metode yang digunakan yaitu metode maserasi, perkolasi dan evaporasi. Dipilih metode ini karena prosesnya cepat dan mudah. Setelah dihasilkan ekstrak kental dari serbuk bunga rosella maka dilakukan identifikasi senyawa flavonoid menggunakan reaksi warna. Alasan menggunakan reaksi warna yaitu bahannya mudah didapatkan dalam skala lab, serta prosesnya mudah.  Kemudian hasil ekstrak kental yang mengandung flavonoid diharapkan berfungsi untuk obat tradisional, khususnya sebagai obat anti bakteri atau jamur, karena kandungan flavonoid dalam bunga rosella dapat menghambat pertumbuhan bakteri atau jamur yang dapat menyebabkan penyakit pada tubuh manusia.

Kandungan bunga rosella
Bunga rosella mengandung omega 3 yang terdapat dalam kelopaknya yang bermanfaat untuk pertumbuhan dan kecerdasan otak anak. Asam sitrat dan asam malat memberi sensasi yang menyegarkan ketika kelopak diseduh. Dari segi kesehatan, rosella mempunyai manfaat untuk mencegah penyakit. Menurut penelitian Ballitas Malang, bunga rosella, terutama dari tanaman yang berkelopak bunga tebal ( juicy), misalnya rosella merah berguna untuk mencegah penyakit Kanker dan radang, mengendalikan tekanan darah, melancarkan peredaran darah dan melancarkan buang air besar. Gossy peptin anthocyanin dan glucoside hibiscin yang mempunyai efek diuretik dan choleretik, memperlancar peredaran darah, mencegah tekanan darah tinggi, meningkatkan kinerja usus serta berfungsi sebagai tonik ( obat kuat). Dari segi penelitian terbukti bahwa kelopak bunga rosella mempunyai efek anti-hipertensi, kram otot dan anti infeksi-bakteri. Dalam eksperimen ditemukan juga bahwa ekstrak kelopak bunga rosella mengurangi efek alkohol pada tubuh kita, mencegah pembentukan batu ginjal, dan memperlambat pertumbuhan jamur atau bakteri penyebab demam tinggi. kelopak bunga rosella juga membantu melancarkan peredaran darah dengan mengurangi derajat kekentalan darah. Ini terjadi karena asam organik, poly-sakarida dan flavonoid yang terkandung dalam ekstrak kelopak bunga rosella sebagai antibakteri. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah kelopak bungga rosella mengandung vitamin C dalam kadar tinggi yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh manusia terhadap serangan penyakit.

Senyawa flavonoid diturunkan dari unit C6-C3( fenil propana) yang bersumber dari asam sikimat (fia fenilalanin) dan unit C6 yang ditunkan dari jalur poliketida. Frakmen poliketida ini disusun dari 3 molekul malonil-koA, yang bergabung dengan unit C6-C3 (sebagai koA tioester)untuk membentuk unit awal triketida. Oleh karena itu flavonoid yang berasal dari biosintesis gabungan terdiri atas unit-unit yang diturunkan dari asam sikimat dan jalur poliketida.Unit awal triketida mengalami siklisasi oleh enzim kalkon sintase untuk membentuk gugus kalkon pada flavonoid. Kemudian terjadi siklisasi untuk menghasilkan cincin piranon yang mengandung inti flavanon, yang dapat  memiliki ikatan C2-C3 teroksidasi (tak jenuh) untuk menghasilkan gugus flavon

 Sifat kelarutan Flavonoida
Aglikon flavonoida adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia senyawa fenol, yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Tetapi harus diingat, bila dibiarkan dalam larutan basa, dan di samping itu terdapat oksigen, banyak yang akan terurai. Karena mempunyai sejumlah gugus hidroksi, atau suatu gula, flavonoida merupakan senyawa polar, maka umumnya flavonoida cukup larut dalam pelarut polar seperti Etanol, Metanol, Butanol, Aseton, Dimetilsulfoksida (DMSO), Dimetilformamida (DMF), Air dan lain-lain. Adanya gula yang terikat pada flavonoida (bentuk yang umum ditemukan) cenderung menyebabkan flavonoida lebih mudah larut dalam air dan dengan demikian campuran pelarut yang disebut diatas dengan air merupakan pelarut yang lebih baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon dan flavon serta flavonol yang termetoksilasa cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti Eter dan Kloroform.

METOODOLOGI KERJA

·        Alat
Alat yang digunakan yaitu beaker glass 500 ml, anak timbangan, kertas perkamen, batang pengaduk, sendok tanduk, alat perkolasi, alat evaporasi, tabung reaksi, rak tabung reaksi,dan botol aquades,

·        Bahan
      Bahan yang digunakan yaitu serbuk simplisia bunga rosella, etanol 96 %.

·        Prosedur Kerja
Pembuatan simplisia bunga rosella
1.    Bunga rosella yang segar dicuci dengan air hingga bersih.
2.    Disortasi basah, bagian bunga yang kurang bagus dibuang.
3.    Dikeringkan dengan cara dioven dengan suhu 600C
4.    Disortasi kering, bagian daun yang kurang kering atau gosong dibuang.
5.    Dihaluskan dengan mesin penggiling (blender), kemudian diayak dengan ayakan.
6.    Simplisia kering halus disimpan dalam wadah yang bersih dan kering.
7.    Simplisia kering siap untuk diekstrak.

            Metode maserasi
·        Menimbang serbuk simplisia kering bunga rosella sebanyak 50 g dan mengambil pelarut etanol 96 % sebanyak ± 250 ml (1:5).
·        Merendam serbuk simplisia kering bunga rosella dalam cairan etanol selama 24 jam sampai pelarut jenuh.

Metode perkolasi
·        Serbuk simplisia dari proses maserasi ditempatkan dalam suatu bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori.
·        Mengalirkan cairan penyari etanol 96 % dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut. Cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit sampai pelarut yang mengalir melalui simplisia tidak berwarna.

Metode Evaporasi
·        Ekstrak cair dari hasil ekstraksi bunga rosella dimasukan kedalam labu dasar bulat dengan volume 2/3 bagian dari volume labu dasar bulat yang digunakan.
·        Memanaskan di waterbath/ pemanas sesuai dengan suhu pelarut yang digunakan yaitu suhu etanol sekitar 60 – 800C, setelah suhu tercapai labu dasar bulat yang telah terisi ekstrak cair di pasang dengan kuat pada ujung rotor yang menghubungkan dengan kondensor.
·        Menjalankan aliran air pendingin dan pompa vakum dijalankan, kemudian tombol rotor diputar dengan kecepatan tertentu (5-8 putaran). Proses penguapan ini dilakukan hingga memperoleh ekstrak yang ditandai dengen terbentuknya gelembung- gelembung udara yang pecah pada permukaan ekstrak atau jika sudah tidak ada lagi pelarut yang menetes pada alas bulat penampung.
·        Setelah proses penguapan selesai, rotary evaporator dihentikan dengan cara terlebih dahulu dilakukan pemutaran tombol rotor ke arah nol (menghentikan putaran rotor) dan temperatur pada watherbath dinol kan. Pompa vakum dinol kan, kemudian pompa labu dasar bulat di keluarkan setelah sebelumnya kran mengatur tekanan pada ujung kondensor dibuka. Apabila proses pemekatan kurang maksimal, dapat dilakukan pemanasan biasa dengan menggunakan waterbath dengan bantuan pengadukan agar tidak gosong. Suhu watebath diatur sesuai dengan titik didih etanol.

Identifikasi

1)      Ambil 5 ml ekstrak bunga rosella tambahkan eter secukupnya, kemudian tambahkan 3 tetes H2SO4 pekat. Perubahan warna yaitu: warna merah sekali : +++, merah sedang : ++, sedikit : +.
2)      Ambil 5 ml ekstrak bunga rosella tambahkan 0,5 mL HCl pekat, serta berikan sedikit serbuk magnesium, perubahan warna menjadi merah atau serbuk bunga rosella 2 g tambahkan metanol, di panaskan selama 10 menit, lalu dipisahkan filtratnya tambahkan HCl tambahkan logam Mg larutan warna merah. Adanya aglikon flavonoid ditunjukkan dengan terjadinya warna merah atau jingga.
3)      Ambil 5 ml ekstrak bunga rosella, tambahkan NaOH perubahan warna menjadi kuning.


4)      Siapkan hasil ekstrak bunga rosella kemudian tambahkan 2 ml etanol 95%, 0,5 serbuk Zn dan 2 ml HCl 2 N, diamkan selama 1 menit. Lalu tambahkan 10 ml HCl pekat dan diamkan lagi selama 2 – 5 menit. Reaksi positif apabila terbentuk warna merah intensif.
5)      Sebanyak 3 tetes sampel bunga rosella diteteskan pada platetes kemudian tambahkan larutan FeCl3 dan amati perubahan yang terjadi. Reaksi positif terjadi apabila terjadi warna hijau.  
6)      Pereaksi terdiri dari difenilboriloksietilamina P 1% dan polietilenglikol 4.000 P 5% dalam etanol. Lempeng disemprot dengan 10 ml larutan difenilboriloksietilamina P 1% kemudian disemprot dengan 8 ml larutan polietilenglikol 4.000 P 5%. Pereaksi penampak ini digunakan untuk mengamati flavonoid, aloin. Berpendar kuning intensif, hingga hijau dan jingga Pendaran akan segera nampak atau setelah 15 menit pada cahaya UV-365 nm

Uji dentifikasi
Ekstrak kental + aquades                   larutan zat berwarna merah muda
1.      Larutan zat + NaOH                           kuning
2.      Larutan zat + FeCl3                             hijau tua
3.      Larutan zat + H2SO4                           merah

Perhitungan:
Berat serbuk bunga rosella = 86,7 g
Hasil ekstrak flavonoid = 33 mL = 0,033 L
% rendemen flavonoid = berat serbuk bunga rosella / hasil ekstrak flavonoid × 100 %
                              = 86,7 g / 0,033 mL × 100 %
                              = 262,727 %

PERMASALAHAN:
1.      Pada proses isolasi falvonoid digunakan pelarut etanol 96%, diketahui dari artikel diata bahwa flavonoid adalah senyawa polar yang larut dalam pelarut polar lainnya. Pertanyaannya adalah apakah terjadi perbedaan hasil rendemen isolasi jika pelarut yang digunakan itu bukan etanol namun metanol? Dan diketahui bahwa etanol 96% yang digunakan, bagaimana pengaruh pada hasil isolasi jika etanol yang digunakan kurang dari 96% atau lebih dari 96%?
2.   Pada saat identifikasi digunakan reaksi warna meliputi FeCl3, NaOH, dan H2SO4i. Apa kegunaan spesifik dari masing-masing reagen tersebut? Tolong disertakan penjelasan ilmiahnya!

ISOLASI SENYAWA FLAVONOID dari Bunga Rossela


Flavonoid
Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok fenol yang terbesar yang ditemukan di alam. Pengambilan flavonoid secara umum dari bahan alam menggunakan prinsip dasar ekstraksi, ada dua macam metode ekstraksi yang digunakan yaitu ekstraksi dengan pelarut menggunakan cara dingin  dan ekstraksi menggunakan pelarut dengan cara panas. Akan tetapi untuk mengisolasi flavonoid digunakan metode ekstraksi dengan cara dingin karena flavonoid tidak tahan panas dan rusak pada suhu tinggi.
Dalam mengisolasi bunga rosella dapat mengetahui bagaimana cara mengisolasi dan mengetahui kandungan flavonoid bunga rosella. Adapun metode yang digunakan yaitu metode maserasi, perkolasi dan evaporasi. Dipilih metode ini karena prosesnya cepat dan mudah. Setelah dihasilkan ekstrak kental dari serbuk bunga rosella maka dilakukan identifikasi senyawa flavonoid menggunakan reaksi warna. Alasan menggunakan reaksi warna yaitu bahannya mudah didapatkan dalam skala lab, serta prosesnya mudah.  Kemudian hasil ekstrak kental yang mengandung flavonoid diharapkan berfungsi untuk obat tradisional, khususnya sebagai obat anti bakteri atau jamur, karena kandungan flavonoid dalam bunga rosella dapat menghambat pertumbuhan bakteri atau jamur yang dapat menyebabkan penyakit pada tubuh manusia.

Kandungan bunga rosella
Bunga rosella mengandung omega 3 yang terdapat dalam kelopaknya yang bermanfaat untuk pertumbuhan dan kecerdasan otak anak. Asam sitrat dan asam malat memberi sensasi yang menyegarkan ketika kelopak diseduh. Dari segi kesehatan, rosella mempunyai manfaat untuk mencegah penyakit. Menurut penelitian Ballitas Malang, bunga rosella, terutama dari tanaman yang berkelopak bunga tebal ( juicy), misalnya rosella merah berguna untuk mencegah penyakit Kanker dan radang, mengendalikan tekanan darah, melancarkan peredaran darah dan melancarkan buang air besar. Gossy peptin anthocyanin dan glucoside hibiscin yang mempunyai efek diuretik dan choleretik, memperlancar peredaran darah, mencegah tekanan darah tinggi, meningkatkan kinerja usus serta berfungsi sebagai tonik ( obat kuat). Dari segi penelitian terbukti bahwa kelopak bunga rosella mempunyai efek anti-hipertensi, kram otot dan anti infeksi-bakteri. Dalam eksperimen ditemukan juga bahwa ekstrak kelopak bunga rosella mengurangi efek alkohol pada tubuh kita, mencegah pembentukan batu ginjal, dan memperlambat pertumbuhan jamur atau bakteri penyebab demam tinggi. kelopak bunga rosella juga membantu melancarkan peredaran darah dengan mengurangi derajat kekentalan darah. Ini terjadi karena asam organik, poly-sakarida dan flavonoid yang terkandung dalam ekstrak kelopak bunga rosella sebagai antibakteri. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah kelopak bungga rosella mengandung vitamin C dalam kadar tinggi yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh manusia terhadap serangan penyakit.

Senyawa flavonoid diturunkan dari unit C6-C3( fenil propana) yang bersumber dari asam sikimat (fia fenilalanin) dan unit C6 yang ditunkan dari jalur poliketida. Frakmen poliketida ini disusun dari 3 molekul malonil-koA, yang bergabung dengan unit C6-C3 (sebagai koA tioester)untuk membentuk unit awal triketida. Oleh karena itu flavonoid yang berasal dari biosintesis gabungan terdiri atas unit-unit yang diturunkan dari asam sikimat dan jalur poliketida.Unit awal triketida mengalami siklisasi oleh enzim kalkon sintase untuk membentuk gugus kalkon pada flavonoid. Kemudian terjadi siklisasi untuk menghasilkan cincin piranon yang mengandung inti flavanon, yang dapat  memiliki ikatan C2-C3 teroksidasi (tak jenuh) untuk menghasilkan gugus flavon

 Sifat kelarutan Flavonoida
Aglikon flavonoida adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia senyawa fenol, yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Tetapi harus diingat, bila dibiarkan dalam larutan basa, dan di samping itu terdapat oksigen, banyak yang akan terurai. Karena mempunyai sejumlah gugus hidroksi, atau suatu gula, flavonoida merupakan senyawa polar, maka umumnya flavonoida cukup larut dalam pelarut polar seperti Etanol, Metanol, Butanol, Aseton, Dimetilsulfoksida (DMSO), Dimetilformamida (DMF), Air dan lain-lain. Adanya gula yang terikat pada flavonoida (bentuk yang umum ditemukan) cenderung menyebabkan flavonoida lebih mudah larut dalam air dan dengan demikian campuran pelarut yang disebut diatas dengan air merupakan pelarut yang lebih baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon dan flavon serta flavonol yang termetoksilasa cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti Eter dan Kloroform.


METOODOLOGI KERJA

·        Alat
Alat yang digunakan yaitu beaker glass 500 ml, anak timbangan, kertas perkamen, batang pengaduk, sendok tanduk, alat perkolasi, alat evaporasi, tabung reaksi, rak tabung reaksi,dan botol aquades,

·        Bahan
      Bahan yang digunakan yaitu serbuk simplisia bunga rosella, etanol 96 %.

·        Prosedur Kerja
Pembuatan simplisia bunga rosella
1.    Bunga rosella yang segar dicuci dengan air hingga bersih.
2.    Disortasi basah, bagian bunga yang kurang bagus dibuang.
3.    Dikeringkan dengan cara dioven dengan suhu 600C
4.    Disortasi kering, bagian daun yang kurang kering atau gosong dibuang.
5.    Dihaluskan dengan mesin penggiling (blender), kemudian diayak dengan ayakan.
6.    Simplisia kering halus disimpan dalam wadah yang bersih dan kering.
7.    Simplisia kering siap untuk diekstrak.

  Metode maserasi
·        Menimbang serbuk simplisia kering bunga rosella sebanyak 50 g dan mengambil pelarut etanol 96 % sebanyak ± 250 ml (1:5).
·        Merendam serbuk simplisia kering bunga rosella dalam cairan etanol selama 24 jam sampai pelarut jenuh.

Metode perkolasi
·        Serbuk simplisia dari proses maserasi ditempatkan dalam suatu bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori.
·        Mengalirkan cairan penyari etanol 96 % dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut. Cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit sampai pelarut yang mengalir melalui simplisia tidak berwarna.

Metode Evaporasi
·        Ekstrak cair dari hasil ekstraksi bunga rosella dimasukan kedalam labu dasar bulat dengan volume 2/3 bagian dari volume labu dasar bulat yang digunakan.
·        Memanaskan di waterbath/ pemanas sesuai dengan suhu pelarut yang digunakan yaitu suhu etanol sekitar 60 – 800C, setelah suhu tercapai labu dasar bulat yang telah terisi ekstrak cair di pasang dengan kuat pada ujung rotor yang menghubungkan dengan kondensor.
·        Menjalankan aliran air pendingin dan pompa vakum dijalankan, kemudian tombol rotor diputar dengan kecepatan tertentu (5-8 putaran). Proses penguapan ini dilakukan hingga memperoleh ekstrak yang ditandai dengen terbentuknya gelembung- gelembung udara yang pecah pada permukaan ekstrak atau jika sudah tidak ada lagi pelarut yang menetes pada alas bulat penampung.
·        Setelah proses penguapan selesai, rotary evaporator dihentikan dengan cara terlebih dahulu dilakukan pemutaran tombol rotor ke arah nol (menghentikan putaran rotor) dan temperatur pada watherbath dinol kan. Pompa vakum dinol kan, kemudian pompa labu dasar bulat di keluarkan setelah sebelumnya kran mengatur tekanan pada ujung kondensor dibuka. Apabila proses pemekatan kurang maksimal, dapat dilakukan pemanasan biasa dengan menggunakan waterbath dengan bantuan pengadukan agar tidak gosong. Suhu watebath diatur sesuai dengan titik didih etanol.

Identifikasi

1)      Ambil 5 ml ekstrak bunga rosella tambahkan eter secukupnya, kemudian tambahkan 3 tetes H2SO4 pekat. Perubahan warna yaitu: warna merah sekali : +++, merah sedang : ++, sedikit : +.
2)      Ambil 5 ml ekstrak bunga rosella tambahkan 0,5 mL HCl pekat, serta berikan sedikit serbuk magnesium, perubahan warna menjadi merah atau serbuk bunga rosella 2 g tambahkan metanol, di panaskan selama 10 menit, lalu dipisahkan filtratnya tambahkan HCl tambahkan logam Mg larutan warna merah. Adanya aglikon flavonoid ditunjukkan dengan terjadinya warna merah atau jingga.
3)      Ambil 5 ml ekstrak bunga rosella, tambahkan NaOH perubahan warna menjadi kuning.


4)      Siapkan hasil ekstrak bunga rosella kemudian tambahkan 2 ml etanol 95%, 0,5 serbuk Zn dan 2 ml HCl 2 N, diamkan selama 1 menit. Lalu tambahkan 10 ml HCl pekat dan diamkan lagi selama 2 – 5 menit. Reaksi positif apabila terbentuk warna merah intensif.
5)      Sebanyak 3 tetes sampel bunga rosella diteteskan pada platetes kemudian tambahkan larutan FeCl3 dan amati perubahan yang terjadi. Reaksi positif terjadi apabila terjadi warna hijau.  
6)      Pereaksi terdiri dari difenilboriloksietilamina P 1% dan polietilenglikol 4.000 P 5% dalam etanol. Lempeng disemprot dengan 10 ml larutan difenilboriloksietilamina P 1% kemudian disemprot dengan 8 ml larutan polietilenglikol 4.000 P 5%. Pereaksi penampak ini digunakan untuk mengamati flavonoid, aloin. Berpendar kuning intensif, hingga hijau dan jingga Pendaran akan segera nampak atau setelah 15 menit pada cahaya UV-365 nm

Uji dentifikasi
Ekstrak kental + aquades                   larutan zat berwarna merah muda
1.      Larutan zat + NaOH                           kuning
2.      Larutan zat + FeCl3                             hijau tua
3.      Larutan zat + H2SO4                           merah

Perhitungan:
Berat serbuk bunga rosella = 86,7 g
Hasil ekstrak flavonoid = 33 mL = 0,033 L
% rendemen flavonoid = berat serbuk bunga rosella / hasil ekstrak flavonoid × 100 %
                              = 86,7 g / 0,033 mL × 100 %
                              = 262,727 %

PERMASALAHAN:
1.      Pada proses isolasi falvonoid digunakan pelarut etanol 96%, diketahui dari artikel diata bahwa flavonoid adalah senyawa polar yang larut dalam pelarut organik. Pertanyaannya adalah apakah terjadi perbedaan hasil rendemen isolasi jika pelarut yang digunakan itu bukan etanol namun metanol? Dan diketahui bahwa etanol 96% yang digunakan, bagaimana pengaruh pada hasil isolasi jika etanol yang digunakan kurang dari 96% atau lebih dari 96%?
2.      Pada saat identifikasi digunakan reaksi warna meliputi FeCl3, NaOH, dan H2SO4i. Apa kegunaan spesifik dari masing-masing reagen tersebut? Tolong disertakan penjelasan ilmiahnya!
3.       

Flavonoid
Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok fenol yang terbesar yang ditemukan di alam. Pengambilan flavonoid secara umum dari bahan alam menggunakan prinsip dasar ekstraksi, ada dua macam metode ekstraksi yang digunakan yaitu ekstraksi dengan pelarut menggunakan cara dingin  dan ekstraksi menggunakan pelarut dengan cara panas. Akan tetapi untuk mengisolasi flavonoid digunakan metode ekstraksi dengan cara dingin karena flavonoid tidak tahan panas dan rusak pada suhu tinggi.
Dalam mengisolasi bunga rosella dapat mengetahui bagaimana cara mengisolasi dan mengetahui kandungan flavonoid bunga rosella. Adapun metode yang digunakan yaitu metode maserasi, perkolasi dan evaporasi. Dipilih metode ini karena prosesnya cepat dan mudah. Setelah dihasilkan ekstrak kental dari serbuk bunga rosella maka dilakukan identifikasi senyawa flavonoid menggunakan reaksi warna. Alasan menggunakan reaksi warna yaitu bahannya mudah didapatkan dalam skala lab, serta prosesnya mudah.  Kemudian hasil ekstrak kental yang mengandung flavonoid diharapkan berfungsi untuk obat tradisional, khususnya sebagai obat anti bakteri atau jamur, karena kandungan flavonoid dalam bunga rosella dapat menghambat pertumbuhan bakteri atau jamur yang dapat menyebabkan penyakit pada tubuh manusia.

Kandungan bunga rosella
Bunga rosella mengandung omega 3 yang terdapat dalam kelopaknya yang bermanfaat untuk pertumbuhan dan kecerdasan otak anak. Asam sitrat dan asam malat memberi sensasi yang menyegarkan ketika kelopak diseduh. Dari segi kesehatan, rosella mempunyai manfaat untuk mencegah penyakit. Menurut penelitian Ballitas Malang, bunga rosella, terutama dari tanaman yang berkelopak bunga tebal ( juicy), misalnya rosella merah berguna untuk mencegah penyakit Kanker dan radang, mengendalikan tekanan darah, melancarkan peredaran darah dan melancarkan buang air besar. Gossy peptin anthocyanin dan glucoside hibiscin yang mempunyai efek diuretik dan choleretik, memperlancar peredaran darah, mencegah tekanan darah tinggi, meningkatkan kinerja usus serta berfungsi sebagai tonik ( obat kuat). Dari segi penelitian terbukti bahwa kelopak bunga rosella mempunyai efek anti-hipertensi, kram otot dan anti infeksi-bakteri. Dalam eksperimen ditemukan juga bahwa ekstrak kelopak bunga rosella mengurangi efek alkohol pada tubuh kita, mencegah pembentukan batu ginjal, dan memperlambat pertumbuhan jamur atau bakteri penyebab demam tinggi. kelopak bunga rosella juga membantu melancarkan peredaran darah dengan mengurangi derajat kekentalan darah. Ini terjadi karena asam organik, poly-sakarida dan flavonoid yang terkandung dalam ekstrak kelopak bunga rosella sebagai antibakteri. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah kelopak bungga rosella mengandung vitamin C dalam kadar tinggi yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh manusia terhadap serangan penyakit.

Senyawa flavonoid diturunkan dari unit C6-C3( fenil propana) yang bersumber dari asam sikimat (fia fenilalanin) dan unit C6 yang ditunkan dari jalur poliketida. Frakmen poliketida ini disusun dari 3 molekul malonil-koA, yang bergabung dengan unit C6-C3 (sebagai koA tioester)untuk membentuk unit awal triketida. Oleh karena itu flavonoid yang berasal dari biosintesis gabungan terdiri atas unit-unit yang diturunkan dari asam sikimat dan jalur poliketida.Unit awal triketida mengalami siklisasi oleh enzim kalkon sintase untuk membentuk gugus kalkon pada flavonoid. Kemudian terjadi siklisasi untuk menghasilkan cincin piranon yang mengandung inti flavanon, yang dapat  memiliki ikatan C2-C3 teroksidasi (tak jenuh) untuk menghasilkan gugus flavon

 Sifat kelarutan Flavonoida
Aglikon flavonoida adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia senyawa fenol, yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Tetapi harus diingat, bila dibiarkan dalam larutan basa, dan di samping itu terdapat oksigen, banyak yang akan terurai. Karena mempunyai sejumlah gugus hidroksi, atau suatu gula, flavonoida merupakan senyawa polar, maka umumnya flavonoida cukup larut dalam pelarut polar seperti Etanol, Metanol, Butanol, Aseton, Dimetilsulfoksida (DMSO), Dimetilformamida (DMF), Air dan lain-lain. Adanya gula yang terikat pada flavonoida (bentuk yang umum ditemukan) cenderung menyebabkan flavonoida lebih mudah larut dalam air dan dengan demikian campuran pelarut yang disebut diatas dengan air merupakan pelarut yang lebih baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon dan flavon serta flavonol yang termetoksilasa cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti Eter dan Kloroform.


METOODOLOGI KERJA

·        Alat
Alat yang digunakan yaitu beaker glass 500 ml, anak timbangan, kertas perkamen, batang pengaduk, sendok tanduk, alat perkolasi, alat evaporasi, tabung reaksi, rak tabung reaksi,dan botol aquades,

·        Bahan
      Bahan yang digunakan yaitu serbuk simplisia bunga rosella, etanol 96 %.

·        Prosedur Kerja
Pembuatan simplisia bunga rosella
1.    Bunga rosella yang segar dicuci dengan air hingga bersih.
2.    Disortasi basah, bagian bunga yang kurang bagus dibuang.
3.    Dikeringkan dengan cara dioven dengan suhu 600C
4.    Disortasi kering, bagian daun yang kurang kering atau gosong dibuang.
5.    Dihaluskan dengan mesin penggiling (blender), kemudian diayak dengan ayakan.
6.    Simplisia kering halus disimpan dalam wadah yang bersih dan kering.
7.    Simplisia kering siap untuk diekstrak.

  Metode maserasi
·        Menimbang serbuk simplisia kering bunga rosella sebanyak 50 g dan mengambil pelarut etanol 96 % sebanyak ± 250 ml (1:5).
·        Merendam serbuk simplisia kering bunga rosella dalam cairan etanol selama 24 jam sampai pelarut jenuh.

Metode perkolasi
·        Serbuk simplisia dari proses maserasi ditempatkan dalam suatu bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori.
·        Mengalirkan cairan penyari etanol 96 % dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut. Cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit sampai pelarut yang mengalir melalui simplisia tidak berwarna.

Metode Evaporasi
·        Ekstrak cair dari hasil ekstraksi bunga rosella dimasukan kedalam labu dasar bulat dengan volume 2/3 bagian dari volume labu dasar bulat yang digunakan.
·        Memanaskan di waterbath/ pemanas sesuai dengan suhu pelarut yang digunakan yaitu suhu etanol sekitar 60 – 800C, setelah suhu tercapai labu dasar bulat yang telah terisi ekstrak cair di pasang dengan kuat pada ujung rotor yang menghubungkan dengan kondensor.
·        Menjalankan aliran air pendingin dan pompa vakum dijalankan, kemudian tombol rotor diputar dengan kecepatan tertentu (5-8 putaran). Proses penguapan ini dilakukan hingga memperoleh ekstrak yang ditandai dengen terbentuknya gelembung- gelembung udara yang pecah pada permukaan ekstrak atau jika sudah tidak ada lagi pelarut yang menetes pada alas bulat penampung.
·        Setelah proses penguapan selesai, rotary evaporator dihentikan dengan cara terlebih dahulu dilakukan pemutaran tombol rotor ke arah nol (menghentikan putaran rotor) dan temperatur pada watherbath dinol kan. Pompa vakum dinol kan, kemudian pompa labu dasar bulat di keluarkan setelah sebelumnya kran mengatur tekanan pada ujung kondensor dibuka. Apabila proses pemekatan kurang maksimal, dapat dilakukan pemanasan biasa dengan menggunakan waterbath dengan bantuan pengadukan agar tidak gosong. Suhu watebath diatur sesuai dengan titik didih etanol.

Identifikasi

1)      Ambil 5 ml ekstrak bunga rosella tambahkan eter secukupnya, kemudian tambahkan 3 tetes H2SO4 pekat. Perubahan warna yaitu: warna merah sekali : +++, merah sedang : ++, sedikit : +.
2)      Ambil 5 ml ekstrak bunga rosella tambahkan 0,5 mL HCl pekat, serta berikan sedikit serbuk magnesium, perubahan warna menjadi merah atau serbuk bunga rosella 2 g tambahkan metanol, di panaskan selama 10 menit, lalu dipisahkan filtratnya tambahkan HCl tambahkan logam Mg larutan warna merah. Adanya aglikon flavonoid ditunjukkan dengan terjadinya warna merah atau jingga.
3)      Ambil 5 ml ekstrak bunga rosella, tambahkan NaOH perubahan warna menjadi kuning.


4)      Siapkan hasil ekstrak bunga rosella kemudian tambahkan 2 ml etanol 95%, 0,5 serbuk Zn dan 2 ml HCl 2 N, diamkan selama 1 menit. Lalu tambahkan 10 ml HCl pekat dan diamkan lagi selama 2 – 5 menit. Reaksi positif apabila terbentuk warna merah intensif.
5)      Sebanyak 3 tetes sampel bunga rosella diteteskan pada platetes kemudian tambahkan larutan FeCl3 dan amati perubahan yang terjadi. Reaksi positif terjadi apabila terjadi warna hijau.  
6)      Pereaksi terdiri dari difenilboriloksietilamina P 1% dan polietilenglikol 4.000 P 5% dalam etanol. Lempeng disemprot dengan 10 ml larutan difenilboriloksietilamina P 1% kemudian disemprot dengan 8 ml larutan polietilenglikol 4.000 P 5%. Pereaksi penampak ini digunakan untuk mengamati flavonoid, aloin. Berpendar kuning intensif, hingga hijau dan jingga Pendaran akan segera nampak atau setelah 15 menit pada cahaya UV-365 nm

Uji dentifikasi
Ekstrak kental + aquades                   larutan zat berwarna merah muda
1.      Larutan zat + NaOH                           kuning
2.      Larutan zat + FeCl3                             hijau tua
3.      Larutan zat + H2SO4                           merah

Perhitungan:
Berat serbuk bunga rosella = 86,7 g
Hasil ekstrak flavonoid = 33 mL = 0,033 L
% rendemen flavonoid = berat serbuk bunga rosella / hasil ekstrak flavonoid × 100 %
                              = 86,7 g / 0,033 mL × 100 %
                              = 262,727 %

PERMASALAHAN:
1.      Pada proses isolasi falvonoid digunakan pelarut etanol 96%, diketahui dari artikel diata bahwa flavonoid adalah senyawa polar yang larut dalam pelarut organik. Pertanyaannya adalah apakah terjadi perbedaan hasil rendemen isolasi jika pelarut yang digunakan itu bukan etanol namun metanol? Dan diketahui bahwa etanol 96% yang digunakan, bagaimana pengaruh pada hasil isolasi jika etanol yang digunakan kurang dari 96% atau lebih dari 96%?
2.      Pada saat identifikasi digunakan reaksi warna meliputi FeCl3, NaOH, dan H2SO4i. Apa kegunaan spesifik dari masing-masing reagen tersebut? Tolong disertakan penjelasan ilmiahnya!
3.