Flavonoid
Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok fenol yang terbesar yang ditemukan
di alam. Pengambilan flavonoid secara umum dari bahan alam menggunakan prinsip
dasar ekstraksi, ada dua macam metode ekstraksi yang digunakan yaitu ekstraksi
dengan pelarut menggunakan cara dingin dan ekstraksi menggunakan
pelarut dengan cara panas. Akan tetapi untuk mengisolasi flavonoid digunakan
metode ekstraksi dengan cara dingin karena flavonoid tidak tahan panas dan
rusak pada suhu tinggi.
Dalam mengisolasi bunga rosella dapat mengetahui bagaimana cara mengisolasi
dan mengetahui kandungan flavonoid bunga rosella. Adapun metode yang digunakan
yaitu metode maserasi, perkolasi dan evaporasi. Dipilih metode ini karena
prosesnya cepat dan mudah. Setelah dihasilkan ekstrak kental dari serbuk bunga
rosella maka dilakukan identifikasi senyawa flavonoid menggunakan reaksi warna.
Alasan menggunakan reaksi warna yaitu bahannya mudah didapatkan dalam skala
lab, serta prosesnya mudah. Kemudian hasil ekstrak kental yang
mengandung flavonoid diharapkan berfungsi untuk obat tradisional, khususnya
sebagai obat anti bakteri atau jamur, karena kandungan flavonoid dalam bunga
rosella dapat menghambat pertumbuhan bakteri atau jamur yang dapat menyebabkan
penyakit pada tubuh manusia.
Kandungan bunga rosella
Bunga rosella mengandung omega 3 yang terdapat dalam kelopaknya yang
bermanfaat untuk pertumbuhan dan kecerdasan otak anak. Asam sitrat dan asam
malat memberi sensasi yang menyegarkan ketika kelopak diseduh. Dari segi
kesehatan, rosella mempunyai manfaat untuk mencegah penyakit. Menurut
penelitian Ballitas Malang, bunga rosella, terutama dari tanaman yang
berkelopak bunga tebal ( juicy), misalnya rosella merah berguna untuk mencegah
penyakit Kanker dan radang, mengendalikan tekanan darah, melancarkan peredaran
darah dan melancarkan buang air besar. Gossy peptin anthocyanin dan glucoside
hibiscin yang mempunyai efek diuretik dan choleretik, memperlancar peredaran
darah, mencegah tekanan darah tinggi, meningkatkan kinerja usus serta berfungsi
sebagai tonik ( obat kuat). Dari segi penelitian terbukti bahwa kelopak bunga
rosella mempunyai efek anti-hipertensi, kram otot dan anti infeksi-bakteri. Dalam
eksperimen ditemukan juga bahwa ekstrak kelopak bunga rosella mengurangi efek
alkohol pada tubuh kita, mencegah pembentukan batu ginjal, dan memperlambat
pertumbuhan jamur atau bakteri penyebab demam tinggi. kelopak bunga rosella
juga membantu melancarkan peredaran darah dengan mengurangi derajat kekentalan
darah. Ini terjadi karena asam organik, poly-sakarida dan flavonoid yang
terkandung dalam ekstrak kelopak bunga rosella sebagai antibakteri. Selain itu
yang tidak kalah pentingnya adalah kelopak bungga rosella mengandung vitamin C
dalam kadar tinggi yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh manusia
terhadap serangan penyakit.
Senyawa flavonoid diturunkan dari unit C6-C3(
fenil propana) yang bersumber dari asam sikimat (fia fenilalanin) dan unit C6 yang ditunkan dari jalur
poliketida. Frakmen poliketida ini disusun dari 3 molekul malonil-koA, yang bergabung
dengan unit C6-C3 (sebagai
koA tioester)untuk membentuk unit awal triketida. Oleh karena itu flavonoid yang berasal dari biosintesis gabungan
terdiri atas unit-unit yang diturunkan dari asam sikimat dan jalur poliketida.Unit awal triketida mengalami siklisasi oleh enzim kalkon
sintase untuk membentuk gugus kalkon pada flavonoid. Kemudian terjadi siklisasi untuk menghasilkan cincin piranon
yang mengandung inti flavanon, yang dapat memiliki ikatan C2-C3 teroksidasi (tak jenuh) untuk
menghasilkan gugus flavon
Sifat kelarutan
Flavonoida
Aglikon flavonoida adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia
senyawa fenol, yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Tetapi
harus diingat, bila dibiarkan dalam larutan basa, dan di samping itu terdapat
oksigen, banyak yang akan terurai. Karena mempunyai sejumlah gugus hidroksi,
atau suatu gula, flavonoida merupakan senyawa polar, maka umumnya flavonoida
cukup larut dalam pelarut polar seperti Etanol, Metanol, Butanol, Aseton,
Dimetilsulfoksida (DMSO), Dimetilformamida (DMF), Air dan lain-lain. Adanya
gula yang terikat pada flavonoida (bentuk yang umum ditemukan) cenderung
menyebabkan flavonoida lebih mudah larut dalam air dan dengan demikian campuran
pelarut yang disebut diatas dengan air merupakan pelarut yang lebih baik untuk
glikosida. Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon
dan flavon serta flavonol yang termetoksilasa cenderung lebih mudah larut dalam
pelarut seperti Eter dan Kloroform.
METOODOLOGI KERJA
·
Alat
Alat yang digunakan yaitu beaker glass 500 ml, anak timbangan, kertas
perkamen, batang pengaduk, sendok tanduk, alat perkolasi, alat evaporasi,
tabung reaksi, rak tabung reaksi,dan botol aquades,
·
Bahan
Bahan
yang digunakan yaitu serbuk simplisia bunga rosella, etanol 96 %.
·
Prosedur Kerja
Pembuatan simplisia
bunga rosella
1. Bunga rosella yang segar dicuci dengan air hingga
bersih.
2. Disortasi basah, bagian bunga yang kurang bagus
dibuang.
3. Dikeringkan dengan cara dioven dengan suhu 600C
4. Disortasi kering, bagian daun yang kurang kering
atau gosong dibuang.
5. Dihaluskan dengan mesin penggiling (blender),
kemudian diayak dengan ayakan.
6. Simplisia kering halus disimpan dalam wadah yang
bersih dan kering.
7. Simplisia kering siap untuk diekstrak.
Metode maserasi
·
Menimbang serbuk simplisia kering bunga
rosella sebanyak 50 g dan mengambil pelarut etanol 96 % sebanyak ± 250 ml
(1:5).
·
Merendam serbuk simplisia kering bunga
rosella dalam cairan etanol selama 24 jam sampai pelarut jenuh.
Metode perkolasi
·
Serbuk simplisia dari proses maserasi
ditempatkan dalam suatu bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat
berpori.
·
Mengalirkan cairan penyari etanol 96 %
dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut. Cairan dibiarkan menetes
dengan kecepatan 1 ml per menit sampai pelarut yang mengalir melalui simplisia
tidak berwarna.
Metode Evaporasi
·
Ekstrak cair dari hasil ekstraksi bunga
rosella dimasukan kedalam labu dasar bulat dengan volume 2/3 bagian dari volume
labu dasar bulat yang digunakan.
·
Memanaskan di waterbath/ pemanas sesuai
dengan suhu pelarut yang digunakan yaitu suhu etanol sekitar 60 – 800C,
setelah suhu tercapai labu dasar bulat yang telah terisi ekstrak cair di pasang
dengan kuat pada ujung rotor yang menghubungkan dengan kondensor.
·
Menjalankan aliran air pendingin dan
pompa vakum dijalankan, kemudian tombol rotor diputar dengan kecepatan tertentu
(5-8 putaran). Proses penguapan ini dilakukan hingga memperoleh ekstrak yang
ditandai dengen terbentuknya gelembung- gelembung udara yang pecah pada
permukaan ekstrak atau jika sudah tidak ada lagi pelarut yang menetes pada alas
bulat penampung.
·
Setelah proses penguapan selesai, rotary
evaporator dihentikan dengan cara terlebih dahulu dilakukan pemutaran tombol
rotor ke arah nol (menghentikan putaran rotor) dan temperatur pada watherbath dinol
kan. Pompa vakum dinol kan, kemudian pompa labu dasar bulat di keluarkan
setelah sebelumnya kran mengatur tekanan pada ujung kondensor dibuka. Apabila
proses pemekatan kurang maksimal, dapat dilakukan pemanasan biasa dengan
menggunakan waterbath dengan bantuan pengadukan agar tidak gosong. Suhu
watebath diatur sesuai dengan titik didih etanol.
Identifikasi
1)
Ambil 5 ml ekstrak bunga rosella
tambahkan eter secukupnya, kemudian tambahkan 3 tetes H2SO4 pekat.
Perubahan warna yaitu: warna merah sekali : +++, merah sedang : ++, sedikit :
+.
2)
Ambil 5 ml ekstrak bunga rosella
tambahkan 0,5 mL HCl pekat, serta berikan sedikit serbuk magnesium, perubahan
warna menjadi merah atau serbuk bunga rosella 2 g tambahkan metanol, di panaskan selama 10
menit, lalu dipisahkan filtratnya tambahkan HCl tambahkan logam Mg
larutan warna merah. Adanya aglikon flavonoid ditunjukkan dengan terjadinya
warna merah atau jingga.
3)
Ambil 5 ml ekstrak bunga rosella,
tambahkan NaOH perubahan warna menjadi kuning.
4)
Siapkan hasil ekstrak bunga rosella
kemudian tambahkan 2 ml etanol 95%, 0,5 serbuk Zn dan 2 ml HCl 2 N, diamkan
selama 1 menit. Lalu tambahkan 10 ml HCl pekat dan diamkan lagi selama 2 – 5
menit. Reaksi positif apabila terbentuk warna merah intensif.
5)
Sebanyak 3 tetes sampel bunga rosella
diteteskan pada platetes kemudian tambahkan larutan FeCl3 dan
amati perubahan yang terjadi. Reaksi positif terjadi apabila terjadi warna
hijau.
6)
Pereaksi terdiri dari
difenilboriloksietilamina P 1% dan polietilenglikol 4.000 P 5% dalam etanol.
Lempeng disemprot dengan 10 ml larutan difenilboriloksietilamina P 1% kemudian
disemprot dengan 8 ml larutan polietilenglikol 4.000 P 5%. Pereaksi penampak
ini digunakan untuk mengamati flavonoid, aloin. Berpendar kuning intensif,
hingga hijau dan jingga Pendaran akan segera nampak atau setelah 15 menit pada
cahaya UV-365 nm
Uji
dentifikasi
Ekstrak kental + aquades larutan zat berwarna merah muda
1.
Larutan zat
+ NaOH kuning
2.
Larutan zat
+ FeCl3 hijau tua
3.
Larutan zat
+ H2SO4 merah
Perhitungan:
Berat serbuk bunga rosella = 86,7 g
Hasil ekstrak flavonoid = 33 mL = 0,033 L
% rendemen
flavonoid = berat serbuk bunga rosella / hasil ekstrak flavonoid × 100 %
= 86,7 g /
0,033 mL × 100 %
= 262,727 %
PERMASALAHAN:
1.
Pada proses isolasi falvonoid digunakan
pelarut etanol 96%, diketahui dari artikel diata bahwa flavonoid adalah senyawa
polar yang larut dalam pelarut organik. Pertanyaannya
adalah apakah terjadi perbedaan hasil rendemen isolasi jika pelarut yang
digunakan itu bukan etanol namun metanol? Dan diketahui bahwa etanol 96% yang
digunakan, bagaimana pengaruh pada hasil isolasi jika etanol yang digunakan
kurang dari 96% atau lebih dari 96%?
2.
Pada saat identifikasi digunakan reaksi warna meliputi
FeCl3, NaOH, dan H2SO4i.
Apa kegunaan spesifik dari masing-masing reagen tersebut? Tolong disertakan
penjelasan ilmiahnya!
3.
No comments:
Post a Comment