Berbagai
khasiat yang banyak dimiliki tanaman Momordica charantia (pare) ini membuka penelitian ilmiah yang mengkaji
buah pahit ini dari aspek farmakologisnya, tumbuhan ini juga telah dikaji
secara intensif dari aspek fitokimianya. Momordica charantia mengandung senyawa
metabolit sekunder diantaranya adalah senyawa metabolit sekunder turunan
terpenoid, floavonoid dan steroid. Senyawa-senyawa metabolit sekunder tersebut
berupa glikosida ataupun aglikon. Selain senyawa metabolik sekunder momordica
charantia pun mengandung senyawa fenolik seperti polifenol; senyawa asam lemak
yaitu asam butirat, asam palmitat, asam linoleat dan asam stearat; serta
mengandung protein.
Terdapat
hubungan antara biosintesis, metode isolasi, dan penentuan stuktur senyawa
bahan alam sangatlah erat. Ketiga proses tersebut terjadi secara berurutan.
Suatu senyawa bahan alam terlebih dahulu di sintesis agar diketahui proses/
reaksi kimia yang terjadi dalam memperoleh senyawa kimia yang diinginkan.
Setelah itu diisolasi dengan metode tertentu agar dapat dipisahkan dari senyawa
lain yang terkandung di dalamnya. Dengan melakukan isolasi suatu senyawa, maka
kita dapat menentukan struktur dari senyawa tersebut
1. Identifikasi Kandungan Kimia
Sebelum
melakukan isolasi terhadap suatu senyawa kimia yang diinginkan dalam suatu
tumbuhan maka perlu dilakukan identifikasi pendahuluan kandungan senyawa
metabolit sekunder yang ada pada masing-masing tumbuhan, sehingga dapat
diketahui kandungan senyawa yang ada secara kualitatif dan mungkin juga secara
kuantitatif golongan senyawa yang dikandung oleh tumbuhan tersebut, diperlukan
metoda persiapan sampel dan metoda identifikasi pendahuluan dari senyawa
metabolit sekunder, yaitu untuk mengetahui adanya Senyawa Alkaloid dan Senyawa
Terpenoid, steroid, fenolik, flavonoid dan saponin
2. Ekstraksi dan fraksinasi
Buah
pare dipisahkan dari biji dan dikeringkan, kemudian diblender menjadi serbuk,
diekstrak menggunakan pelarut methanol sebanyak 3X1 liter, kemudian filtrate
disaring menggunakan corong Buchner, lalu dipekatkan menjadi setengah volume
awal. Ekstrak methanol yang telah dipekatkan difraksinasi berturut-turut dengan
heksan 3X50 mL dan etil asetat 3x10 mL setiap kali kali ekstraksi.
Sehingga
diperoleh fraksi heksan etil asetat dan methanol sisa. Masing-masing fraksi
dipekatkan menggunakan alat rotary evaporator. Dari tahap fraksinasi tersebut
diperoleh fraksi heksan (4,1 gram; 8,2%), fraksi etil asetat (54 gram; 42,9 %),
dan fraksi methanol-air (18 gram; 36%).[2]
3. Pemurniaan / Purification
Proses
pemisahan dan pemurnian bertujuan untuk mendapatkan senyawa murni dari fraksi
yang ada. Dimana dalam hal ini difokuskan pada pemisahan dan pemurnian fraksi
senyawa n-heksana saja. Dalam proses
pemisahan dan pemurnian ini di lakukan dengan metode kromatografi kolom tetapi
sebelum analisis dilakukan, terlebih dahulu analisis dilakukan dengan
kromatografi lapis tipis.
Pemisahan
pertama dilakukan dengan menggunakan KVC, pelarut yang digunakan merupakan
pelarut organik yang ditingkatkan kepolarannya secara gradien. Pada pemisahan
ini digunakan pelarut n-heksan dan etil asetat. Berdasarkan analisa kromatogram
KLT fraksi heksana pada eluen heksana dan etil asetat dengan beberapa komposisi
perbandingan maka KVC dilakukan dengan beberapa perbandingan yaitu 100%
n-heksan sebanyak 2 kali :24:1 sebanyak 3 kali : 21 : 4 sebanyak 4 kali ; 18:7
sebanyak 2 kali; 15 :10 sebanyak 2 kali ; 9:16 sebanyak 2 kali; 6:19 sebanyak 2
kali; 3:22 sebanyak 2 kali dan 100% asetat sebanyak 2 kali dengan volume 50 mL
setiap kali elusi. KVC fraksi heksan dengan massa 4,1 gram menghasilkan 22
fraksi.
Fraksi
yang memiliki pola kromatogram yang sama digabungkan hingga mendapatkan 5
fraksi gabungan. Massa dari masing-masing fraksi tersebut adalah fraksi A (1-4)
sebanyak 838 mg, fraksi B (5) sebanyak 1.082 mg, fraksi C (6-7) sebanyak 1.017
mg, fraksi D dan E (8-17) sebanyak 82 mg dan fraksi F (128-22) sebanyak 91 mg.
Fraksi-fraksi gabungan dianalisis dengan KLT menggunakan eluen heksana : etil
asetat dengan perbandingan 6 : 4.
Analisa
kromatogram 24 fraksi yang diperoleh dari hasil KVC dapat digabungkan
berdasarkan kesamaan Rf menjadi 8 fraksi. Massa masing-masing fraksi tersebut
adalah fraksi C1 (1-6) sebanyak 15 mg, C7 (7) sebanyak 15 mg, C2 (8-10)
sebanyak 126 mg, C11 ( 11)sebanyak 117 mg, C3 (12-14) sebanyak 149 mg, C4
(15-19) sebanyak 188 mg, C20 (20) sebanyak 59 mg dan C5 (21-24) sebanyak 207
mg.
Hasil
penggabungan fraksi dalam C2 dan C11 berbentuk kristal. Rekristalisasi
dilakukan dengan melarutkan fraksi kristal dengan metanol panas yang kemudian
didinginkan. Setelah didinginkan terbentuk kristal yang tidak larut di dialam
metanol. Kristal tersebut dipisahkan dengan menggunkan kertas saring. Dengan
menggunakan teknik pemurnian rekristalisasi pada kedua difraksi tersebut
didapat beberapa fraksi kristal. Fraksi- fraksi
tersebut diuji kemurniannya dengan KLT dan dilihat pula kromtogramnya
untuk mengetahui senyawa yang sama atau tidak pada hasil kemurnian dengan
rekristalisasi tersebut. Dari fraksi-fraksi hasil diperoleh fraksi murni yakni
C2 – 1 dan C11-2. Hasil rekritalisasi kedua fraksi tersebut kemudian dianalisis
dengan menggunakan FT-IR dan NMR.[3]
4. Penentuan Sruktur Senyawa
-
Analisis
Spektrum IR
Pada
fraksi C2-1, spectrum IR yang dihasilkan menunjukkan adanya pita serapan gugus fungsi OH pada bilang gelombang 3423,4 cm-1 ;
vibrasi ulur C-H sp3 pada bilangan gelombang 2933,5 cm-1 dan 2852,5 cm-1 ; C=C
pada bilangan gelombang 1627,9 cm-1 ; vibrasi tekuk CH3 pada bilangan gelombang
1449,4 cm-1. Bilangan gelombang tersebut menunjukkan bahwa senyawa pada fraksi C2-1 merupakan senyawa alifatik.
Pada
fraksi C11-2, spectrum IR yang dihasilkan menunjukkan adanya pita serapan gugus fungsi OH pada bilang gelombang 3433,1 cm-1 ;
vibrasi ulur C-H sp3 pada bilangan gelombang 2922,0 cm-1 dan 2852,5 cm-1 ; C=C
pada bilangan gelombang 1627,8 cm-1 ; vibrasi tekuk CH3 pada bilangan gelombang
1382,9 cm-1 ; C-O pada bilangan gelombang 1041,5 cm-1. Bilangan gelombang
tersebut menunjukkan bahwa senyawa pada fraksi C11-2
merupakan senyawa alifatik dan tidak terglukasi karena tidak menunjukkan
adanya pelebaran puncak OH yang menandakan senyawa yang terglukasi.
Dari
hasil pengukuran IR pada kedua fraksi, dapat diduga
kedua fraksi terdapat senyawa yang sama, berdasarkan spectrum pada kedua senyawa terdapat gugus-gugus yang sama
dengan hal ini menunjukkan kedua fraksi memiliki pola
kromatogram yang mirip.
-
Analisis
spectrum NMR 1H
Analisis
spectrum NMR 1H terhadap fraksi C11-2
dan C2-1 dilakukan untuk mengetahui gambaran berbagai jenis atom hydrogen dalam
molekul. Spectrum NMR 1H senyawa dari fraksi C2-1 dan C11-2 memperlihatkan pada
geseran 0,51-2,27 ppm merupakan sinyal untuk H yang terikat dengan karbon sp3.
Pada geseran sekitar 3,34 ppm merupakan sinyal untuk H yang terikat dengan C
heteroatom atau lebih spesifik dengan C metoksil (C-O). dan pada geseran
4,63-5,15 ppm merupakan sinyal untuk H yang terikat dengan C ikatan rangkap.
Dari spectrum ini dapat disimpulkan bahwa senyawa yang
berhasil di isolasi merupakan senyawa alifatik dengan ikatan rangkap, memiliki
ikatan heteroatom, dan tidak memiliki gugus karbonil.
-
Analisis
Spektrum NMR 13C
Analisis
spectrum NMR 13C dimaksudkan untuk menentukan kerangka karbon yang dimiliki
oleh senyawa. Pada spectrum ini dapat diketahui jumlah karbon dan jenis
karbonnya (metal, metilen, metin, atau karbon quartener).
-
Spectrum
NMR 13C Decopling
Spectrum
ini menunjukkan seluruh karbon yang terdapat di senyawa dengan menghilangkan
pengaruh atom tetangga (decopling) akan tetapi pada spectrum ini tidak ada
pembeda untuk jenis karbonnya. Pada pengukuran NMR 13C terlihat geseran
spectrum dimulai dari geseran 11,8-147,70. Perhitungan jumlah karbon
berdasarkan analisis spekrum ini didapat jumlah karbon senyawa pada fraksi C2-1
adalah 30.[4]
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penentuan
struktur diatas adallah: Hasil penelitian, isolasi dan karakterisasai senyawa
turunan terpenoid dari fraksi n-heksan Momordica charantia diperoleh senyawa
murni yaitu fraksi C2-1 (24 mg) dan C11-2 (9 mg), yang memiliki karakter antara
lain yaitu merupakan senyawa alifatik yang memiliki
ikatan rangkap (C=C) dan memiliki gugus OH. Dengan membandingkan data
antara hasil pengukuran dan pendekatan etnobotani, senyawa yang berhasil
diisolasi tersebut memiliki jenis kerangka triterpen
aglikon kukurbitan yang tidak memiliki gugus karbonil.
Permasalahan:
Diketahui bahwa “Analisis Spektrum NMR 13C” berguna dalam menentukan suatu kerangka karbon yang dimiliki oleh suatu senyawa. Dimana Spektroskopi
NMR (Nuclear Magnetic Resonance) itu sendiri merupakan salah satu jenis
spektroskopi frekuensi radio. Bagaimana
cara/ kekhasan yang frekuensi gelombang magnet yang
dimiliki suatu senyawa itu sehingga ia dikatakan memiliki kerangka triterpen aglikon kukurbitan?
Baiklah saya akan menjawab permasalahan anda
ReplyDeletemenurut saya, spektroskpi NMR 13C itu berfungsi untuk menentukan jumlah atom karbon yang dimiliki suatu senyawa dengan melihat sinyal khas pada pengukuran spektrum sehingga akan terlihat pergeserannya. Sedangkan pada senyawa yang dapat dikatakan memiliki kerangka triterpen aglikon jika berdasarkan data analisis NMR dan IR, dimana memiliki jumlah atom karbon sebanyak 30 karbon pada kerangkanya. Kemudian, memiliki ikatan rangkap, memiliki gugus metoksil, tidak terglukasi karena tidak menunjukkan adanya pelebaran puncak OH yang menandakan senyawa yang terglukasi. Serta tidak memiliki gugus karbonil. Sehingga, senyawa tersebut dikatakan memiliki kerangka triterpen aglikon kukurbitan.
trims...
menurut literatur yang saya baca analisis spectrum NMR 13C dimaksudkan untuk menentukan kerangka karbon yang dimiliki oleh senyawa. Pada spectrum ini dapat diketahui jumlah karbon dan jenis karbonnya yang dimiliki oleh suatu senyawa dengan melihat sinyal khas pada pengukuran spektrum sehingga akan terlihat pergeserannya. sehingga pada senyawa yang dapat dikatakan memiliki kerangka triterpen aglikon jika berdasarkan analisis NMR dan IR, yang memiliki karakter antara lain yaitu merupakan senyawa alifatik yang memiliki ikatan rangkap (C=C) dan memiliki gugus OH, oleh karena itu senyawa tersebut dikatakan memiliki kerangka triterpen aglikon kukurbitan yang tidak memiliki gugus karbonil.
ReplyDeletesemoga dapat membantu